Selasa, 30 Oktober 2012

Chio Thau

Chio Thau dikenal sebagai acara perkawinan traditional dari warga keturunan Tionghoa. Harian Kompas pada tanggal 30 Mei 2010 dalam rubrik beberapa halaman tentang kebudayaan komunitas Tionghoa “CHINA BENTENG” Tangerang menulis tentang Chio Thau yang nyaris punah.
Agama Buddha tidak mempunyai paham bahwa menikah adalah suatu keharusan. Meskipun tidak juga menganjurkan umat awam untuk selibat karena dalam Sigalovadda Sutta, Buddha pun memberikan sebuah rumusan tentang 4 syarat sebuah perkawinan dikatakan sebagai perkawinan Dewa-Dewi.
Ke empat syarat tersebut suami istri hendaklah sebanding keyakinannya ( Samma Sadha), sebanding kedermawanannya ( Samma Caga ), sebanding tata-susilanya ( Samma Sila) dan sebanding kebijaksanannya ( Samma-Panna). Sebanding disini tentu saja dalam pengertian dari sisi positip/ yang baik.
Kembali pada tradisi Chio Thau, Bapak Rudy Arijanto yang sering berhubungan dekat dengan komunitas Buddhis Tangerang mengulas tentang simbol-simbol dalam upacara perkawinan traditional Chio Thau yang sarat dengan makna positif yang dapat diterapkan dalam kehidupan berkeluarga.
Makna dari simbol-simbol tersebut pantas menjadi bahan renungan bagi anda yang sudah berkeluarga maupun yang merencanakan ingin berkeluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar